Seperti diberitakan sebelumnya bahwa program pengembangan bersama jet tempur KFX/IFX antara PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dengan Korea Aerospace Industries (KAI) telah memasuki fase desain awal (preliminary design review/PDR).

Dari hasil PDR, kemudian akan dilanjutkan ke proses pembuatan desain rinci (detail design) jet tempur generasi 4,5 berkemampuan setengah silumat tersebut.

Desain rinci tersebut akan mengakomodir kebutuhan spesifikasi dan teknologi dari kedua pengguna akhir pesawat ini (common requirement), TNI Angkatan Udara dan Angkatan Udara Korea Selatan (RoKAF).

Dari common requirement akan berlanjut ke pengembangan spesifikasi khusus masing-masing pengguna (unique requirement). Kira-kira, apa bedanya antara KFX dengan IFX?

Disebutkan Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Marsma TNI Gita Amperiawan pada Kamis (6/12/2018) lalu, antara KFX dengan IFX setidaknya ada dua hal yang membedakan. Kedua hal tersebut juga tidak terdapat dalam common requirement.

“Pada saat kita bicara mengenai unique requirement, maka kita mengatakan sepakat bahwa ada unique requirement dari pemerintah Indonesia terkait dengan operational requirement yang di-request Angkatan Udara kita,” ungkapnya kepada IndoAviation.

Gita mengungkapkan, IFX akan dilengkapi dengan sistem eksternal fuel tank dan drag chute. Kedua spesifikasi tersebut tidak diadopsi oleh KFX, karena RoKAF tidak memerlukannya.

Soal pengadopsian sistem drag chute di IFX, tentu menjadi catatan. Pasalnya, penerapan sistem tersebut membutuhkan struktur airframe yang kuat dan RoKAF tidak menggunakan sistem itu.

Terkait hal itu, PTDI berjuang dalam mendesain common requirement agar rancang bangun pesawat bisa untuk penggunaan drag chute.

“Artinya struktur pesawat ini memang harus dirancang sesuai untuk penggunaan drag chute dan tidak bisa lagi kita kemudian ada pesawat yang menggunakan drag chute dan ada yang tidak dalam manufacturing-nya ke depan.” Tegasnya.

Nah ke depan, lanjut Gita, semua pesawat itu walaupun tidak menggunakan drag chute, namun harus kuat secara struktur ketika ke depannya nanti dipasangkan drag chute.

“Nah kita harus jagain itu (struktur pesawat), dan itu telah berhasil, telah cocok. Artinya adalah semua pesawat, baik yang untuk Korea, secara struktur siap untuk dibuatkan drag chute. Hanya nanti di kita akan kita gunakan drag chute, sementara Korea tidak,” tandasnya.